Kemarin saya dapat email yang memuat masalah "Seni Mendengar & Cara Berkomunikasi yg Efektif!" dari seorang kolega saya. Yang juga email forward dari email sebelumnya (jadi kaya email berantai gitu deh...)
Saya berfikir 'wah pas banget dengan kondisi yang ada disini sebenarnya', akhirnya saya membalas email tersebut, yang sebenarnya suatu sentilan untuk semuanya agar menyadari untuk menghargai pendapat orang lain dan bagaimana cara untuk memecahkan suatu masalah.
Sebenarnya ini masalah klise dan semua orang pasti sudah diajarkan dan mungkin dah bosan kalau ada yang berbicara masalah ini.
Malah saking bosannya hingga tidak terpikir untuk di Implementasikan hehehe..., cuma mungkin perlu suatu momentum untuk remind, mengingat-ingat kembali dan yang paling penting adalah 'implementasinya'
Berikut emailnya,
Xxx(nama teman),
Banyak orang bisa 'berkata', namun sedikit yang mau 'mendengar'.
Padahal jika kita mau kembali ke hukum alam, seharusnya kita harus lebih banyak mendengar daripada bicara. Bukankah Tuhan memberi kita dua telinga dan hanya satu mulut? :-)
Begitupun jika kita saksikan pada bayi yang baru lahir. Indra pendengaran lebih dulu berfungsi daripada yang
lainnya. Lalu, mengapa mendengar lebih susah daripada berbicara?
Meski secara kasat mata mendengar adalah hal yang gampang, namun nyatanya banyak orang yang lebih suka didengarkan daripada mendengarkan.
Mendengarkan merupakan bagian esensi yang menentukan komunikasi efektif. Tanpa kemampuan mendengar yang bagus, biasanya akan muncul banyak masalah.
Yang sering terjadi, kita merasa bahwa kitalah yang paling benar. Kita tidak tertarik untuk mendengarkan opini yang berbeda dan hanya tergantung pada cara kita.
Selalu merasa benar, paling kompeten, dan tidak pernah melakukan kesalahan. Duh... malaikat kali! :-)
Jika kita selalu merasa bahwa diri kita benar, dan cara kitalah yang paling tepat, itu berarti kita tidak pernah
mendengarkan.
Ide dan opini kita sangat sukar untuk diubah jika fakta tidak mendukung keyakinan kita. Bahkan kalau ada fakta pun kita mungkin hanya akan sekedar meliriknya saja.
Mungkin saat ini kita nyaman dengan cara kita, tapi untuk jangka waktu yg panjang, orang-orang akan menolak dan membenci kita.
Jika kita mau mulai mendengarkan orang lain, maka suatu saat kita akan menyadari kesalahan kita. Jawaban
untuk mengatasi sifat ini adalah mengasah skill mendengar aktif.
Mendengar tidak selalu dengan tutup mulut, tapi juga melibatkan partisipasi aktif kita. Mendengar yang baik bukan berharap datangnya giliran berbicara.
Mendengar adalah komitmen untuk memahami pembicaraan dan perasaan lawan bicara kita. Ini juga sebagai bentuk penghargaan bahwa apa yang orang lain bicarakan adalah bermanfaat untuk kita.
Pada saat yang sama kita juga bisa mengambil manfaat yang maksimal dari pembicaraan tersebut.
Seni mendengar dapat membangun sebuah relationship. Jika kita melakukannya dengan baik, orang-orang akan tertarik dengan kita dan interaksi kita akan semakin harmonis.
Berikut teknik mudah yang dapat dipraktekkan oleh
Xxx dengan sangat wajar untuk menjadi seorang pendengar yang baik :
1. Peliharalah kontak mata dengan baik. Ini menunjukkan kepada lawan bicara
tentang keterbukaan dan kesungguhan kita
2. Condongkan tubuh ke depan. Ini menunjukkan ketertarikan kita pada topik pembicaraan. Cara ini
juga akan mengingatkan kita untuk memiliki sudat pandang yang lain, yaitu tidak hanya fokus pada diri
kita.
3. Buat pertanyaan ketika ada hal yang butuh klarifikasi atau ada informasi baru yang perlu kita selidiki dari
lawan bicara kita.
4. Buat selingan pembicaraan yang menarik. Hal ini bisa membuat percakapan lebih hidup dan tidak
monoton.
5. Cuplik atau ulang beberapa kata yang diucapkan oleh lawan bicara kita.
Ini menunjukkan bahwa kita memang mendengarkan dengan baik hingga hapal beberapa cuplikan kata.
6. Buatlah komitmen untuk memahami apa yang ia katakan, meskipun kita tidak suka atau marah. Dari sini
kita akan mengetahui nilai-nilai yang diterapkan lawan bicara kita, yang mungkin berbeda dengan nilai
yang kita terapkan.
Dengan berusaha untuk memahami, bisa jadi kita akan menemukan sudut pandang, wawasan, persepsi atau kesadaran baru, yang tidak terpikirkan oleh kita sebelumnya.
Seorang pendengar yang baik sebenarnya hampir sama menariknya dengan pembicara yang baik. Jika kita selalu pada pola yang benar untuk jangka waktu tertentu, maka suatu saat kita akan merasakan manfaatnya.
Prosesnya mungkin akan terasa lama dan menjemukan, tapi lama-kelamaan akan terasa berharganya upaya yang telah kita lakukan. Kita akan merasa lebih baik atas diri kita, hubungan kita, teman-teman kita, anak-anak kita, maupun pekerjaan.
Kesimpulan: Jadilah pendengar yang baik, karena sifat ini bisa menjadi kunci untuk mengembangkan pikiran yang positif, dan merupakan salah satu tangga
Xxx untuk mencapai kesuksesan! :-)
Dibawah ini adalah email Re: dari saya,
Terimakasih banyak untuk sharingnya Pak
Xxx.
Tambahan dari saya, untuk mengatasi sebuah permasalahan:
1. Mendengarkan masalah yang ada
2. Menganalisa sebab2 permasalahan
3. Mencari jalan keluar dari masalah
4. Mengevaluasi agar kesalahan yang sama tidak terjadi
5. Yang paling penting dalam menyikapi permasalahan, JANGAN SELALU MERASA PALING BENAR SENDIRI/PALING MENGERTI DAN SELALU MENYALAHKAN ORANG LAIN, bisa jadi semua permasalahan yang ada karena andil kita didalamnya, karena hakikat paling utama adalah MANUSIA TIDAK LUPUT DARI KESALAHAN
Yang menunjukkan kualitas diri kita dalam menyikapi sebuah permasalahan adalah bagaimana kita mencari jalan keluarnya(bukannya dibiarkan saja, lari, acuh tak acuh, sembunyi, memaksakan jalan pikiran/kehendak, dll.)
Tidak ada kebenaran yang abadi, benar menurut anda belum tentu untuk orang lain, yang harus ada adalah mengasah kedewasaan berpikir untuk mencari kebenaran itu sendiri.
Musyawarah untuk mufakat kata lain dari rapat koordinasi, meeting, dll. adalah salah satu sarana yang sudah diajarkan 'mbah-mbah, buyut, canggah, udhek2 shiwur, dll hehehe' kita dulu untuk mencari jalan keluar suatu permasalahan, menyatukan kebenaran, menyatukan visi dan misi, membuat perencanaan suatu acara/pekerjaan, dll.
Hal ini sudah sejak lama kita lakukan selama berabad-abad sebelum adanya 'Londo2' yang menjajah kita sampai abad 20an dunia barat memperkenalkan adanya ISO, ASME, DIN, JIS, dll. terus kita justru munduk-munduk mengikutinya, ironisnya bangsa kita hehehe...
Ini hanya omong kosong belaka intermezzo disela kerja
Xxxxxxx yang mbuleti, mbundheli, dll. tidak bermaksud mendiskreditkan seseorang atau kelompok. Kalau merasa ya salah sendiri hahaha...
Saya pribadi masih jauh dari sempurna Pak, banyak salah, gampang stress, sedikit ngawur dll. hehehe...
Semoga kita tetap solid minimal sampai akhir project ini, Aamiin :)
Wassalam,
Freddy Eersta Putra